Palang Pintu Betawi, Tradisi Dalam Pernikahan Adat Betawi

Palang Pintu Betawi, Tradisi Dalam Pernikahan Adat Betawi

Pernikahan adalah salah satu perjalanan manusia yang dianggap sakral oleh masyarakat Betawi. Karena itulah, cukup banyak prosesi yang harus dilalui kedua mempelai ketika hendak melangsungkan pernikahan. Salah satu prosesi adat yang sangat terkenal dalam masyarakat betawi adalah Palang Pintu Betawi.

Tradisi Palang Pintu Betawi merupakan sebuah acara adat yang biasa dilaksanakan dalam pernikahan adat betawi. Biasanya palang pintu dimulai saat pihak pengantin pria hendak mendatangi pihak pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Tetapi sebelum memasuki kediaman wanita, pihak pengantin pria diharuskan melewati palang pintu pengantin wanita terlebih dahulu.

Sedikit berbeda dengan pernikahan di rumah, pernikahan yang diadakan di gedung biasanya palang pintu dimulai ketika kedua pengantin hendak naik ke singgasana Plaminan. Selain itu, ada juga pengantin yang menggunakan palang pintu dengan kondisi pengantin wanita sudah berada di Plaminan, dan pengantin pria harus melewati palang pintu terlebih dahulu agar bisa bersama dengan pengantin wanita berada di atas Plaminan.

Palang Pintu Betawi

Tradisi palang pintu biasanya diawali dengan suara petasan sebagai sambutan kedatangan rombongan pengantin pria. Selain itu palang pintu juga memperlihatkan kemampuan berbalas pantun dan pertarungan silat antara rombongan kedua pengantin. Selain itu pengantin pria juga diharuskan bisa bersalawat dan mengaji (membaca Al-Qur’an) dengan baik. Pengantin pria hanya bisa masuk ketika sudah bisa mengalahkan rombongan wanita dalam bersilat dan membaca Al-Qur’an.

Pantun dalam tradisi ini bermakna pengantin pria yang nantinya akan menjadi suami harus mampu membahagiakan istri dan anak-anak nya kelak, selain itu pantun juga bermakna membangun keluarga dengan ceria. Silat dalam palang pintu melambangkan seorang suami yang bisa bisa melindungi keluarga baik gangguan dari dalam maupun dari luar. Sedangkan membaca Al-Qur’an melambangkan suami yang bisa menjadi tuntunan bagi istri dan anak-anaknya kelak.

Akhir kate, jangan lupa di share nih tulisan dari ane yeh.
Nanem Jengkol Dalam Taman
Gali Lubangnye Jangan Pakai Gigi
Terima Kasih Pembaca Budiman
Jangan Lupe Berkunjung Kembali