4 Tradisi Unik pada Adat Pernikahan Aceh
Adat pernikahan Aceh kaya akan tradisi dan tentunya juga sarat makna. Ditambah lagi dengan adanya pengaruh budaya Arab, India, Eropa, dan Tionghoa menjadikan tradisi pernikahan Aceh semakin beragam. Yuk, cari tahu apa saja tradisi unik pernikahan Aceh di sini!
Jak Keumalen
Tradisi unik yang pertama adalah Jak Keumalen atau Cah Roet. Tradisi ini merupakan simbol calon pengantin pria yang sedang mencari tahu tentang calon pengantin wanita dan ingin mengenalnya lebih jauh. Uniknya, prosesi ini tidak dilakukan secara langsung oleh mempelai pria. Melainkan, calon pengantin pria akan meminta orangtua atau orang kepercayaan keluarga (theulangke) untuk mewakilinya.
Saat melakukan tradisi ini, utusan dari calon pengantin pria akan mendatangi rumah calon mempelai wanita. Tujuannya, selain untuk bersilaturahmi juga mengamati gadis tersebut secara langsung. Bersama dengan utusan tersebut, keluarga calon pengantin pria juga akan membawa bingkisan berupa makanan atau bungong jaroe.
Jak Meu Lake Jok Theulangke
Jika pihak wanita menyambut dengan baik kedatangan utusan pihak mempelai laki-laki dan terjadi kecocokan, maka prosesi akan dilanjutkan dengan Jak Meu Lake Jok Theulangke atau Jak Ba Ranub. Pada dasarnya, tahap ini merupakan prosesi lamaran kepada keluarga mempelai wanita. Seperti pernikahan adat seluruh Indonesia, prosesi akan berlanjut ke tahap berikutnya apabila calon mempelai wanita menerima lamaran tersebut.
Pada Jak Meu Lake Jok Theulangke, pihak keluarga pria hadir dengan membawa hantaran berupa baju, makanan, sirih, dll. Menurut adat pernikahan Aceh ini, calon mempelai wanita akan menerima lamaran dengan menjawab “Insyaa Allah”. Sementara itu, jawaban berupa “hana get lumpo” akan diberikan apabila lamaran tersebut ditolak. Kalimat tersebut sendiri berarti “mimpi yang baik atau buruk.”
Malam Peugaca
Malam peugaca atau inai merupakan tahapan selanjutnya dalam tradisi pernikahan Aceh apabila lamaran pihak laki-laki telah diterima. Prosesi adat ini dilakukan oleh kedua calon mempelai. Menurut tradisi, acara selamatan dilakukan pada malam hari di rumah kedua mempelai dalam rentang waktu 3 hingga 7 hari. Sesuai namanya, acara selamatan tersebut dilakukan untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan kelancaran dalam menjalankan kehidupan pernikahan.
Tueng Dara Baro
Berbeda dengan tradisi-tradisi yang disebutkan di atas, Tueng Dara Baro justru dilakukan setelah upacara pernikahan di kediaman mempelai wanita telah selesai. Tradisi ini dilakukan di rumah mempelai pria 7 hari setelah ijab qabul. Pada dasarnya, ini adalah adat pernikahan Aceh dimana pihak mempelai pria mengundang mempelai wanita dan keluarganya ke rumah. Saat mendatangi rumah mempelai pria, keluarga wanita akan membawa hantaran berisi makanan, buah-buahan, dll.